ٍSelamat Datang Kawan, Semoga Kita tetap Dalam Petunjuk-Nya
zwani.com myspace graphic comments
Free Twitter Backgrounds
Aku Bangga Menjadi Seorang Muslim

Jumat, 26 Februari 2010

(Cerpen Cinta Bahasa) Lantaran Tulisan


Istriku sedang hamil muda. Harapku, semoga, di dalam perutnya adalah benar-benar murni benihku. Masalahnya, aku menyesal terlanjur menikahinya. Bukan karena keburukrupaannya, tapi justru karena kecantikannya. Sungguh!, aku amat sangat menyesal menikahinya, kenapa tidak sejak dulu saja. Malm pertama, ah! Indahnya. Sebentar lagi, istriku berulang tahun yang ke-28. seperti biasanya, ia minta dikado buku. Adat iku semenjak aku masih memacarinya dulu. Kini pun masih berlaku. Bedanya ada satu tambahan lucu, yaitu tidur lagi denganku. Tidak hanya satu buku pinta pastinya, tapi, 4 buku sekaligus. ”Adduh! Pusssing juga daku sayangku!” Rintihku, tapi hanya dalam kalbu.
Kebetulan, rekanku sepesantren dulu, Kang Edo, kini adalah penjual buku. Tokonya juga lumayan besar. Sebenarnya, sudah lama aku dan istriku berlangganan kepadanya. Hanya saja, bulan ini, ada yang cukup fantastis. Kabarnya, toko bukunya yang bernama ’Moropinter books’ bulan-bulan in masih masuk dalam promosi berani. Kata Kang Edo, siapa saja yang mau mampir dan membeli 3 buku sekaligus di tokomya, maka dia akan mendapatkan satu buku gratisan. Tidak tanggung-tanggung, satu buku gratisan adalah pilihan sesuka hati pembeli sendiri. Bagiku dan pastinya bagi kebanyakan orang lain, kesempatan ini tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Itung-itung, untuk mrngurangi biaya pengeluaran. Anehnya, Kang Edo kemarin menghubungiku dan memintaku untuk bersedia mengunjungi toko bukunya. Masalahnya, menurutnya ada yang tidak beres dengan toko bukunya. Kang Edo merasa ada yang mencoba bermain guna-guna. Kebetulan di sekitar toko bukunya, juga ada 3 toko buku lain yang selalu berebur bermain tak-tik untuk menarik konsumen. Namanya saja persaingan bisnis, terkadang pikirannya yang penting menang. Masalah cara itu terserah orangnya. Bahkan, terkadang ada juga yang mencoba bermain dengan barang-barang ghaib dan berurusan dengan makhluk-makhluk ghaib pula. Kejanggalan yang dirasa Kang Edo adalah menurun dastrisnya jumlah pelanggan setelah diadakan promosi gila-gilaan.
Akhir-akhir ini, ketika masa promosi masih digelar, pelanggan yang diperkirakan melonjak 100% lebih dari hari biasanya, malah menurun 50%. Sementara, jumlah pengunjung di toko buku sekitar ’Moropinter books’, terutama toko buku seberang jalan malah mengalami lonjakan yang mengagetkan. Padahal, hanya toko Kang Edi yang dirasa paling gila menawarkan promosi. Promosi toko buku seberang jalan hanya berani memberikan potongan harga 10% untuk pembelian 2 buku. Toko disamping kirinya, berpromosi berhadiah kaos untuk pembelian 5 buku sekaligus. Dan yang terparah adalah toko buku disamping ’Moropinter books’ belum berani memberikan promosi karena baru berdiri. Kang Edo benar-benar menduga kuat bahwa, di belakang ini semua pasti ada yang mencoba bermain ilmu hitam atau sejenisnya. Ya!, pasti.
Seusai sholat maghrib, aku dan istriku benar-benar menemui Kang Edo di toko bukunya. Aku merasa terpanggil untuk bisa ikut memecahkan permasalahan yang menimpa sahabat karibku dulu. Ketika kami berdua baru sejengkal melangkahkan kaki masuk ke dalam, tiba-tiba tangan istriku yang sedari tadi aku pegangi, dilepaskannya dari genggaman erat dan mesraku. ”Huwwek!, huwwek!” Tangannya ia katupkan pada mulut bergincunya. Ia mau muntah. Katanya, ia mencium harum bunga yang amat sangat menyengat. Aku mulai menaruh curiga. Bulu kudukku berdiri. Istriku gemetar. Aku mulai cemas. Jantungku bergetar lebih kencang. ”Kenapa hanya istriku yang mencium harum bunga itu?” batin curigaku. ”Padahal, aku tidak mempunyai masalah dengan indera penciumanku. Ketika aku mencium pipi kiri istriku tadi saja aku masih sempat menemukan dan menjamah keharumannya.” Kali ini istriku benar benar ingin muntah. Ia pening benar dengan bau harum mencurigakan itu. Secara perlahan, aku membopongnya kembali kedalam mobil. Aku ambilkan ia minyak angin dari dalam box mobil. Setelah mencium keningnya, aku berbisik pelan, ”Istirahatlahlah dulu, tidak apa-apa, biar abang saja yang masuk kedalam.”
Lama benar aku dan Kang Edo bercengkrama di dalam toko. Aku pun juga sempat menceritakan perihal sesuatu yang menimpa istriku tadi. Kami pun sangat yakin adanya orang yang bermain guna-guna. Aku pun kembali mengingatkannya untuk mengamalkan bacaan surat Alfatihah 100 kali perhari. Aku pun juga berjanji untuk membantunya jarak jauh. Setelah aku membeli 3 buku permintaan istriku, benar saja, aku mendapatkan satu buku gratisan dengan pilihan sesukaku sendiri. Kang Edo juga sempat menyodoriku 5 lembar stiker promosi untuk aku sebarkan ke berbagai penjuru. Setelah berpamitan pulang, aku bergegas menuju ke mobil. Aku agak hawatir dengan keberadaan istriku. ”jangan-jangan sakitnya makin parah, jangan-jangan diganggu mahluk halus, atau malah diembat orang. Ah!” Sebelum aku membuka pintu mobil, aku amat sangat terkaget. Di depan toko buku Kang Edo, aku melihat sesosok mahluk menyeramkan. Pakaian compang-camping agak tak karuandan rambut gimbalnya sempat membuatku merinding. Kepalanya menengadah ke atas. Ia seperti melihat sesuatu di atas toko Moropinter Books. Tepatnya sekitar spanduk. Mulutnya komat-kamit seperti membaca mantra. Sebelum ia melengos pergi, aku mencoba memberanikan diri menyapanya.
”Tidak pingin membeli buku pak?, mumpung masa promosi masih ada. Banyak untungnya lho!”
Dengan mata misteriusnya, ia pun membalas sapaanku. ” Untung bagaimana to mas! Wong dalam tulisan promosi spanduknya saja jelas-jelas merugikan. Masak ’beli 3 dapat 1’. Kalau ’beli 3 dapat bonus 1’ saya mau mas, mau banget”
Saya pun memandangi dan mencermati serentetan tulisan pada stiker pemberian Kang Edo tadi. Tulisannya aku bandingkan dengan tulisan pada spanduk di depan toko. Tulisan apa coaba yang aku temukan.
”Buruan beli buku di sini!!!. ’Beli 3 dapat 1’. cepetan, keburu habis lho masa promosinya!”
”Ooo...! jadi ini biang keladinya!”

Muhith Alhilmy Alhasyimy
Jum’at, 19 Februari 2010
02.25 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar